1. Putus Sekolah
Berdasarkan usia, seharusnya Aisyah sudah berada di kelas 2-3 sekolah dasar.
Sayang, urutan hidupnya tidak sesederhana itu. Ia terpaksa drop out dari sekolah karena uang habis untuk pengobatan ayahnya.
Jika
diberi kesempatan, Aisyah ingin sekolah lagi. Tapi apa daya, kondisi
tidak memungkinkan. Sepanjang hari, ia hanya merawat sang ayah. Sekolah
yang digembar-gemborkan
gratis, menjadi barang mahal baginya.
2. Diusir
Tidak mudah hidup di jalanan. Aisyah dan ayahnya kadang diusir saat 'transit' di teras rumah warga atau Masjid
Raya Medan. Mungkin karena keduanya dianggap gelandangan, hidup di becak dari satu tempat ke tempat lainnya.
Aisyah
sering memanfaatkan Masjid Raya sebagai 'transit' pada pagi hingga
sore. Dia akan membasuh ayahnya yang terkulai. Penjaga masjid
memakluminya, tapi kadang ia diusir jika di masjid ada tamu penting.
3. Tak Mampu Bayar Kontrakan
Ayah Aisyah, Nawawi, bukan tukang becak. Juga bukan pengangguran. Dulu ia bekerja sebagai sopir
mobil boks. Ketika penyakit mendera tiga tahun lalu, otomatis ia tak bisa bekerja. Bahkan kondisinya kian mengkhawatirkan.
Tabungan
habis untuk biaya pengobatan. Untuk mengontrak rumah pun tidak bisa.
Akhirnya ia hidup di becak bersama anak semata wayangnya. Di becak itu,
perlengkapan hidup dibawa ke mana-mana. Mulai dari ember, selimut,
pakaian, dan lain sebagainya.
4. Hidup dari Belas Kasihan
Aisyah mengaku bukan pengemis. Tapi kadang ia menerima sumbangan saat mengayuh becak. Ada beberapa pengendara
mobil atau motor yang memberinya uang. Dari situlah, bocah dan ayahnya ini menyambung hidup.
Kisah
mengharukan Aisyah dan ayahnya didengar banyak orang, termasuk Pemkot
Medan. Plt Wali Kota Medan Dzulmi Eldin mendatangi tempat 'parkir'
Aisyah di depan Dhea Salon, Jalan Sisingamaraja, Rabu (19/3) malam. Ia
meminta ayah dan anak yang beralamat di Sei Putih Barat Kecamatan Medan
Petisah itu dirawat. Malam itu, ambulans datang dan membawa keduanya ke
RSU Pirngadi Medan. Dzulmi juga menjanjikan akan menyekolahkan Aisyah.
Detik
ini,
mungkin kehidupan Aisyah dan ayahnya akan lebih baik. Tapi jelas,
mereka tak mudah menghapus kisah sedihnya beberapa tahun terakhir: hidup
di atas becak, tidur di jalanan, pernah diusir, dan berharap belas
kasihan orang. Selama itu, ke mana orang-orang yang kini peduli?