 |
Harakah Islamiyah |
Saat Khilafah tegak dan berganti Khilafah Utsmani, ikut rayuan Yahudi untuk berontak. Fatwa keluar, "Apaan ... Sudah keluar dari tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah. Bid'ah tumbuh subur. Khilafah Utsmani bukan Quraisy. Kita bangsa Arab harus berontak. " Akhirnya ikut berontak dan bersekutu dengan Inggris melawan pasukan Turki Utsmani. Teluk-Saudi-Mesir-Jordania-Iraq-Syiria- semua memerdekakan diri dari "penjajahan orang-orang Turki", katanya.
Saat sibuk memerdekakan diri, Palestina direbut Yahudi. Inggris melakukan migrasi besar-besaran bangsa Yahudi ke Palestina. Supaya kelihatan patriotisme dan persaudaraan Islam, raja-raja Arab melawan Israel. Anehnya tak ada satupun pemimpin Arab yang terjun langsung melawan langsung Israel dan sekutu. Oooh ternyata, sudah ada MoU (perjanjian tertulis) dengan Inggris. "You boleh merdeka dari Turki. Asal you tak boleh ganggu mainan gue. Israel! Sekali you ganggu. You gue bubarin!" Tercatat saat Raja Faishal keluar MoU dengan Inggris, dan langsung berada di front perlawanan dengan mengembargo minyak ke AS-Eropa dan menyewakan dua pulau kepada Mesir untuk menekan Israel dari jalur laut, Raja Faishal diLEDAKKAN brow! Untuk menutupi kondisi, maka dilahirkan fatwa-fatwa yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan kondisi real di dunia Arab. Fatwa seputar janggut, mencukur kumis, menaikkan celana, mengharamkan demokrasi!
Di Palestina, Inggris berkepentingan meniru Belanda yang sukses mengkader Snouck Horgonye. Ilmuan Kristen yang disekolahkan ke Mekkah. Misi Belanda adalah merusak semangat JIHAD muslim di Aceh dan Indonesia. Plus tentunya, mengadu domba agar umat Islam sibuk bertempur di dalam. Tapi tak sempat melawan penjajah. Sebagaimana Belanda sukses, Inggris pun sukses meniru. Maka lahirlah gerakan yang teriakannya nyaring; "Kembalikan Khilafah!" Namun faktanya, meninggalkan konsep JIHAD di lapangan bahkan di bumi PALESTINA sendiri. Jejak-jejak JIHAD, baik pendiri maupun ormas dan pemimpin organisasi ini tidak ADA. Maka wajar bila seorang Syaikh bernama Syaikh A'idh Al-Qarni mengatakan, "Penjajah berkepentingan meniadakan konsep JIHAD, baik makna umum maupun makna khusus di tengah umat Islam."
Saat HAMAS di GAZA sibuk bertempur dan mempertahankan hidup. Ormas Jalan Lain ini malah sibuk bermuktamar dan melakukan nadwah.
Saat HAMAS menang Pemilu 2006, Ormas Jalan Lain ini sibuk mengeluarkan fatwa-fatwa; "Sistem demokrasi itu kufur." Namun saat ada anggotanya di Jordania menjadi anggota Parlemen, fatwa pun berubah, "Ooh ... kami punya misi!"
Saat Ikhwanul Muslimin menang Pemilu, komentar sinis dan nyinyir, "Perjuangan Ikhwan bukan untuk Syariat, tapi untuk kekuasaan!" "Ikhwan berkuasa, tapi bukan Islam yang berkuasa!" "Ikhwan tak jauh beda, ia antek AS dan budak Israel". Namun saat sang pendiri diketahui menjadi pekerja di institusi penjajah Inggris, baik sebagai guru maupun sebagai qadhi, dalihnya pun lain, "Anda harus pahami hadhoroh dan madaniyah!" Pantesan sistem Republik dikafirkan, api menjadi PNS, itu hal lain.
Kedua gerakan Islam Jalan Lain ini, kini di Mesir menjadi pendukung setia kudeta di Mesir dan Jenderal As-Sisi. Saat ElBaradai yang dulu melawan Mursi dan Ikhwan bertaubat dan balik melawan kudeta, gerakan Islam jalan Lain masih seia sekata, dan setia! Bahkan saat orang-orang Koptik membela Ikhwan dan Mursi, gerakan Islam Jalan Lain masih hobi pasang badan untuk menjelek-jelekkan Ikhwanul Muslimin.
Sungguh gerakan Islam Jalan Lain, tumbuh subur di demokrasi. Aksinya mengkafirkan-kafirkan dan menganggap sesat pelaku demokrasi. Baginya demokrasi adalah agama, bukan model untuk berjuang. Padahal mengkufurkan dan mengajak Golput bukan karena demokrasi kufur. Tapi karena demokrasi menjadi bahaya, sebab selalu dimenangkan Ikhwan dan afiliasi fikrohnya. Mereka diam dan tiarap saat pemerintahan junta kudeta dan monarkhi absolut. Selama Ikhwanul Muslimin dan gerakan-gerakan Islam yang berNIAT bangkit melawan penjajah, berhasil dibongsai! Yakinlah mereka akan diam!
***
by : Nandang Burhanudin