Untuk kamu cewek-cewek yang tidak berjilbab mungkin pertanyaan paling
mengerikan adalah, “Kapan mau mulai pakai jilbab?” pertanyaan itu
biasanya mereka jawab ringkas, “Aduuhh bang, hatinya belum dijilbabin.”
Cewek-cewek ini sama seperti orang yang diceritakan Dani dalam
tulisannya Saya Pingin Banget Melakukannya, Tapi Belum Dapat Hidayah.
Kalau dipikir-pikir sebenarnya cewek-cewek ini ada benarnya juga. Bisa
malu kita sebagai umat muslim kalau kelakuan cewek cantik berjilbab ini
masih kayak setan. Padahal jilbabnya udah turun sampai menutup badannya
tapi ketawanya masih cekikikan, kalau duduk di angkot masih menggunjing
orang dan sama cowok masih doyan gandengan tangan. Akhirnya cuma bikin
citra islam lebih jelek.
Kalaupun kita paksa berjilbab, bisa-bisa mereka malah memakai jilbab
modis. Padahal jilbab itu bukannya malah membuat penampilan mereka
seperti seorang muslimah tapi lebih mirip dengan biarawati katolik atau
yahudi. Kasihan juga umat lain dibuat mereka. Tapi apa benar harus
tunggu imannya bagus dulu baru seseorang mulai mengenakan jilbab? Mana
yang sebaiknya lebih dulu dijilbabin, hati atau kepala? Itulah yang akan
kita bahas disini.
Cewek-cewek yang tidak berjilbab setidaknya punya dua alasan pamungkas untuk menolak memakai jilbab:
Seseorang Tidak Bisa Dinilai Dari Sampulnya
Mereka selalu bilang, “Belum tentu orang yang di luar kelihatannya baik
dalamnya juga baik, dan belum tentu orang yang diluar kelihatannya jelek
dalamnya juga jelek.” Tentu saja yang mereka katakan benar tapi
sayangnya mereka hanya mengatakan sebagian kebenarannya. Kenapa
sebagian?
Tentu saja. Emang kenapa rupanya kalau orang yang luarnya baik belum
tentu dalamnya baik? Masbuloh? Apa lantas itu membuatmu jadi ragu untuk
terlihat baik? Nggak ngerti ya.. baiklah akan kusederhanakan.
Coba tanya sama mereka yang tidak berjilbab itu, untuk apa mereka
sekolah. Pasti mereka bilang untuk bisa mencari kerja. Lalu tanyakan
lagi, “emangnya setiap orang yang sekolah pasti diterima kerja gitu?”
tentu saja jawaban aslinya tidak. Buktinya masih banyak lulusan S1 yang
masih pengangguran tapi mereka pasti menjawab, “Kan cuma sedikit yang
gak diterima. Lagi pula seenggaknya kan kita berusaha, supaya peluang
kita diterima lebih gedhee.”
Sekarang kalian boleh bilang, “NAH ITU TAHU!!” Walaupun tidak bisa kita
jamin orang yang penampilannya baik itu dalamnya pasti baik, setidaknya
kita tahu bahwa sebagian besar diantara mereka baik.
Mau bagaimanapun kita mengatakan bahwa sebuah buku tidak bisa dinilai
dari covernya, tetap saja orang selalu menilai buku dari covernya karena
cover itulah yang lebih dulu kita lihat sebelum yang lain-lainnya.
Intinya, adalah alasan yang mereka buat itu cuma alasan-alasan kacang
bikinan mereka doang yang dibuat karena emang pada dasarnya mereka males
pake jilbab. Karena satu-satunya orang yang memegang prinsip itu adalah
mereka yang berani tidak mandi saat akan menghadapi sebuah interview
kerja, berangkat dengan pakaian tidurnya dan sesampainya di kantor
tempat ia melamar, dia bilang pada managernya, “Pak, kinerja seseorang
tidak bisa dinilai dari penampilannya.”
Semua Dimulai Dari Dalam
Cewek-cewek yang menggunakan alasan ini terdengar lebih intelek.
Seharusnya, jika kalian bisa menjelaskan dengan baik mengapa mereka
harus mulai mengenakan jilbab sekarang, mereka akan langsung
mengenakannya.
Cewek yang menjawab begini punya alasan yang sedikit lebih logis. Mereka
beranggapan bahwa segala sesuatu harus dimulai dengan proses, bukan
sesuatu yang dapat berubah tiba-tiba. Semua harus dimulai dari dalam
diri kata mereka.
Cewek-cewek ini beranggapan bahwa perempuan-perempuan yang sekarang
berjilbab itu karena sejak dari sono-sononya emang udah keturunan
keluarga yang berjilbab. Mereka membayangkan keluarganya islami banget
gitu, bapaknya jenggoten, temen-temennya baik-baik semua, gak pernah ada
yang cakap kotor, sekolahnya di pesantren atau seenggaknya di MAN,
pokoknya sempurna lah..
Padahal nggak gitu juga kalee... Kenyataannya, para gadis berjilbab ini
mungkin saja awalnya dipaksa sekolahnya untuk mengenakan jilbab. Tentu
saja ia juga merasa gerah dan kepanasan tapi karena belum begitu banyak
mendapat pengaruh lagu dan pengaruh TV dan Disney untuk melawan orang tuanya,
mereka dengan mudah mengabaikan cobaan rasa panas dan gatal itu...
kemudian mulai terbiasa mengenakan jilbab. Setelah itu barulah di
sekolahnya mereka belajar dan mengerti mengapa memakai jilbab itu
penting.
Begitulah, tidak semua hal harus dimulai dari dalam. Justru kebanyakan
perubahan dimulai dari pengaruh di luar diri kita sendiri. Mau contoh?
Aku tanya, apa kalian menyukai durian sejak lahir dari perut ibu kalian?
Tidak kan? Kalian mulai menyukai durian saat teman-teman kalian cerita
tentang betapa enaknya durian yang dibawa pamannya. Rasa penasaran
membuat kalian juga merengek minta dibelikan durian padahal kalian tidak
tahu rasanya. Iklan di TV pun menegaskan kenikmatan durian. Setelah
tersugesti sekian lama, akhirnya kalian merasakan durian, mencari dan
menemukan bagian dari rasa durian yang kalian sukai. Contoh lainnya
adalah, bahwa kalian cenderung menyukai makanan yang dibiasakan orang
tua kalian ketika kecil. Kalian mungkin mengira kalian hanya menyukai
sayur bayam, padahal itu karena bayamlah yang sering orang tua kalian
berikan ketika kecil.
Apa yang menurut kalian cantik juga sebenarnya merupakan hasil defenisi
yang kalian baca di majalah kecantikan. Majalah fashion bilang kulit
yang mulus tanpa bulu adalah cantik. Maka kalian mulai berpikir begitu
tanpa kalian sadari. Kalian mengira itu murni pendapat kalian padahal
majalah dengan sangat berhasil menanamkan pengertian itu kedalam pikiran
kalian, sesuai keinginan mereka (agar produk pencabut bulunya laku).
Jadi jelas ya, tidak semua hal dimulai dari dalam diri sendiri!
Aku sendiri mengakui memang ada orang-orang yang berubah secara
pelan-pelan seperti ini. Contohnya saja Irene mantan biarawati. Ia
adalah salah seorang yang masuk Islam secara perlahan. Pertama ia mulai
merasa tertarik dengan surah Al-Ikhlas, kemudian ia meneliti artinya.
Pelan-pelan ia mendalami seluruh ajaran islam lainnya. Setelah dirasanya
cocok barulah ia menyatakan masuk Islam dan mengucap kalimat syahadat.
Tapi mau berapa lama kalau mau menunggu, ntar keburu mati lho.
Yang perlu kalian yang tidak berjilbab lakukan sekarang hanyalah memulai. Coba tahankan diri kalian menahan ejekan teman-teman sampah kalian
itu tiga hari saja. Kalian bilang saja, “dipaksa mamak”, “wasiat nenek”
atau semacamnya jika mereka bertanya. Dengan begitu saja seharusnya
kalian sudah untung. Mari coba kita hitung. Karena niat berjilbab kalian
ini masih terpaksa bukan demi perintah agama anggaplah tingkat
keikhlasan kalian cuma 50% berarti pahalnya gak 100% ya. Tapi coba lihat
sisi baiknya, seperti yang dibilang bang Irhas, “Walaupun kamu tidak
mendapat kebaikan dari baju yang kamu kenakan itu. Setidaknya ia telah
menghindarkanmu dari keburukan dan kemaksiatan.”
Kalau dipikir, ada benernya juga lho. Coba bayangin kamu udah pake baju
yang longgar dan menutup bentuk tubuh kamu, terus kamu juga udah pake
jilbab yang panjang yang nutup sampe ke dada, poni kamu juga udah gak
keliatan lagi. Kalau udah tampilannya begitu, pastinya kamu malu dong
untuk ngupil di depan umum, ya kan? Kamu juga bakal hati-hati berbicara
dan bersikap di tempat umum kayak angkot atau bis kota. Dan gak mungkin
aja kamu pergi ke tempat-tempat maksiat kayak diskotik dengan jilbab
itu, ya kan?
Tuh kan, baru make jilbab aja untung segitu untungnya. Bayangin betapa
anggunnya penampilan kamu jadinya, gara-gara sebuah kain yang kamu tarok
diatas kepalamu.
Dan gak hanya itu, buat kamu yang suka sial dapet cowok yang gak bener.
Dengan jilbab kamu akan memfilter cowok-cowok asongan ini. Dengan jilbab
kamu akan mulai menarik laki-laki yang baik ke dalam kehidupanmu.
Sedikit sekali berandalan yang berani deketin gadis berjilbab, mereka
lebih suka cewek yang paha dan lekuk tubuhnya diobal gratis buat mereka
(baca: cewek murahan)
Dengan jilbab kamu juga akan mulai menarik teman-teman yang baik yang
bisa menyemangatimu untuk jadi lebih baik lagi dan menjauhkan
teman-teman yang suka mengajak maksiat. Baca Butuhkah Alasan untuk Berteman? untuk mencari tahu kenapa kamu harus memilih-milih temanmu.
Intinya adalah, suka tidak suka kamu memang harus memulai. Rasa suka
atau tidak suka itu wajar. Di dunia ini selalu ada malaikat dan setan
yang mengajak ke kanan dan ke kiri. Kalau kamu termasuk orang yang
kurang dekat dengan agama wajar saja kalau kamu bingung, mana yang benar
dan mana yang salah. Jadi ketika kamu tahu kebenaran itu datang, kamu
hanya perlu mencoba dan memulainya. Satu hari saja, kalau tidak tahan
tambah dua hari lagi, kalau belum tahan juga tambah empat hari lagi,
kalau masih belum juga tambah delapan hari lagi, berikutnya berikan
hatimu kesempatan untuk memilih.
Andai kata kamu begitu jauhnya dari agama atau orang yang mengerti
agama, atau orang yang mau mengingatkanmu (walaupun ini sebenarnya gak
mungkin terjadi di zaman internet seperti sekarang ini, kecuali karena
emang kamunya yang malas mencari kebenaran) tapi setidaknya kamu pasti
punya hati kecil yang tak pernah salah. Dengarkanlah, maka kamu tahu
mana yang benar dan salah.
Jadi apa kamu masih mau menunggu untuk berjilbab? Atau kamu bisa mulai sekarang?
Karena perubahan bukan untuk ditunggu tapi dimulai.
Sumber !