Lho, kok ada laki-laki expired? Pria kadaluwarsa, benarkah?
Maaf saya tidak sedang mengompori siapapun. Apalagi mencela bujanghidin. Namun realita ini perlu disampaikan, agar kaum Hawa tidak mudah terkecoh oleh bujuk rayu yang menggebu.
Laki-laki expired atau pria kadaluarsa, sangat mudah ditemukan dalam kehidupan. Satu hal yang pasti, ia bukan pria yang sudah menikah, duda, atau pria yang sudah udzur usia. Ia bisa jadi anak muda. Usianya masih di masa-masa produktif. Namun anda para akhwat dan para camer akan mudah menemukannya dari 3 indikasi berikut;
1. Tidak memiliki obsesi, target, dan cita-cita penghasilan ekonomi di masa depan.
"Monggo, saya begini apa adanya! Saya tawakkal. Gimana Allah saja!" "Ah saya mah begini aja. Ukhti/nyai/neng harus siap ya ... masa depan mah gimana nanti aja!" Titik jebreet. Tipe demikian tanpa sadar telah mempercepat expired. Ia harus segera didelete dari daftar pria yang wanted dan layak menjadi suami atau menantu.
2. Tidak mampu menjabarkan tahapan-tahapan perjuangan yang dilakukan, agar meraih sukses di masa depan.
Bisa jadi ada yang bergelar sarjana. Namun saat memaparkan tahapan perjuangan, ia malah kelimpungan. Misal, ada sarjana bergelar master. Lalu dia mengatakan, "Saya insya Allah akan mengajar di SD! Kalaupun usaha, mungkin usaha jasa TKI/TKW!" Waspadalah, saat itu gelar sarjana-nya telah expired. Ia pun tak sadar telah kadaluarsa.
Namun datang seorang lulusan SMA. Ia memiliki skill dan kemampuan lebih. Ia katakan, "Dengan kemampuan saya, akan buka jasa programmer, website online. Visi saya, menjadi desainer web terunggul." Maka silahkan dipilih! Nomor satu yang bergelar master atau lulusan SMA?
3. Tidak mampu mengagendakan strategi pendidikan untuk anak-anaknya.
Keturunan adalah anugerah terindah. Tentu dengan catatan, keturunan bisa mendatangkan berkah, bukan malah amarah dan merusak muruah. Maka seorang akhwa/nyai/neng harus bisa mempertanyakan, langkah dan agenda apa saja yang akan ditempuh oleh seorang calon suami, terutama pendidikan anak-anaknya.
"Ah! Bagi saya yang penting asal bisa sekolah!" Stop. Ia telah kadaluarsa. Tapi jika ia mengatakan, "Anak kita harus berwawasan global, walaupun produk lokal!" Ia harus langsung diterima.
Jadi, masalah pria kadaluarsa bukan masalah usia atau status sudah menikah atau duda. Ia bisa jadi seorang yang sudah memiliki istri. Tapi energinya senantiasa terbarukan! Itu lebih baik dibanding anak muda, yang "tersangkut" di bangku kuliahan bukan? Walaupun kita akan meminta, maunya ia dan anda adalah the only one. Saya tak akan lanjutkan, khawatir terjebak MODUS. Wallahu A'lam.
***
By : Nandang Burhanudin