Krisis mengguncang negeri ini, zamrud khatulistiwa. Mungkin ada ayahnya
yang di-PHK, atau di dzalimi oleh penguasa negeri. Tertimpa musibah.
Inilah realita kehidupan. Sebagian orang begitu mewahnya menikmati
hidup, sedang sebagian yang lain ada di bawah garis kemiskinan, hingga
busung lapar. Innalillah... Pembunuhan menjadi mudah, perzinaan
dimana-mana dan dengan tanpa malu dipertontonkan di depan khalayak.
Pengkhianatan menjadi hal yang biasa, kala suami dan isteri berpisah
karena adanya perselingkuhan. Pun para pengkhianat negara yang dengan
tanpa rasa berdosa merampok harta rakyat. Para pengkhianat yang
berkolusi dengan teroris Amerika untuk memberi gelar teroris kepada
pejuang muslim yang kaffah. Begitu kompleksnya permasalahan kehidupan.
Maka tak heran bila kini orang gila semakin meningkat karena tak tahan
dengan himpitan hidup. Meski belum sampai ke neraka, kini di dunia sudah
seperti neraka. Terlebih lagi kenaikan BBM yang menyesakkan dada.
Orang-orang antri dan rela mati demi mendapatkan jatah uangnya.
Manipulasi data. Dan kala pemudanya sibuk dengan cinta yang memabukkan.
Hari-harinya adalah untuk kepuasan diri dan penghancuran diri. Sampai
seorang rela membunuh diri demi membuktikan cintanya pada sang kekasih.
Pun yang tua tak mau kalah dengan berlomba-lomba menimbun kekayaan dan
menuhankan seks. Musibah melanda negeri. Kebakaran, bencana alam dan
sebagainya. Hari demi hari, kita menyaksikan berita kejahatan. Entah
apalagi kebaikan yang ada di negeri ini.
Kala banyak sarjana-sarjana
muslim lari ke luar negeri dan rela membangun negeri lain ketimbang
negeri sendiri. Tak ada pengorbanan. Bila bukan dari kacamata iman,
mungkin kita akan berkata kepada orang-orang di dalam kubur, “Duhai..
alangkah baiknya jika aku menjadi engkau saja.” Bila melihat sekeliling
kita, begitu banyak para pengemis dan pengamen. Anak-anak dijual untuk
menjadi pengemis jalanan. Mengetuk rasa iba para pejalan. Kuantitas
orang yang berjilbab masih sangat sedikit dibandingkan lautan manusia
lainnya. Pun laki-laki hidung belang yang menodai malam-malam panjang.
Hedonisme, hidup dengan hura-hura. Narkoba. Hiruk pikuk kehidupan. Kala
intel-intel zionis berkeliaran untuk mencari kelemahan para aktivis
Islam. Kala zakat tak ditunaikan. Banyak yang terbalik di negeri ini.
Dulu di masa Rasulullah SAW, yang diangkat menjad pemimpin adalah karena
kasholehannya, tapi kini yang diangkat menjadi pemimpin adalah orang
yang dianggap kuat yang dianggap dapat memayungi jamaah. Siapa yang
menuhankan akal bahwa kekuatan itu dapat memberi perlindungan? Maka
dapat kukatakan bahwa kiamat itu sudah semakin dekat. Tetapi sebagai
orang beriman, kita dilatih oleh-Nya untuk senantiasa optimis dalam
menghadapi hidup. Ada hikmah di setiap kejadian. Memandang kehidupan
dari kacamata iman, maka segala ujian ini dapat dipandang sebagai kasih
sayang-Nya, pun tarbiyah dari-Nya agar kita lebih meningkatkan kualitas
diri kita.
Tenang dalam menghadapi masalah. Sebagai orang beriman, tentu
bukan daftar keluh kesah yang kita suburkan. Jadilah pembela keadilan
yang ikut menunaikan hak-hak manusia. Saat orang-orang yang mengaku
aktivis berlindung di balik ruangan sejuk ber-AC dan tak merasakan debu
peperangan. Yang hari-harinya diisi oleh kepalsuan. Ada saatnya, ada
masanya ketika kita harus terjun ke masyarakat. Hingga kita membenturkan
idealisme dalam diri kita dengan realita. Manakah yang akan menang?
Bila dari akal, maka kemenangan Islam yang kita harapkan sangatlah jauh…
jauh… dan sangat panjang jalannya. Yang membuat dada kita sesak, dan
bisa jadi membunuh diri kita sendiri. Tetapi kita meyakini bahwa
sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.
Di tengah kemelut kehidupan,
masih ada orang-orang yang bergerilya mengorganisir kebaikan. Mengetuk
hati yang masih memiliki iman untuk bersinergi melawan kebatilan.
Mereka, rela mengorbankan apa yang mereka miliki, walau mereka sendiri
membutuhkannya. Adalah mereka hanya mengharapkan balasan dari Tuhannya.
Siapa bilang perubahan itu datang dari kekayaan dan kekuasaan. Tidak.
Semuanya adalah dari kekuatan iman. Kala banyak orang bertanya, “Untuk
apa susah-susah membela Palestina yang jauh di sana, lah wong negara
sendiri saja susah!” Itulah dia, kita susah karena dari internal kita
sendiri. Sedang muslim di Palestina susah karena serangan eksternal.
Maka orang-orang di negeri ini seharusnya menyelesaikan permalahan
internalnya, agar kita bisa bersama-sama maju menyelesaikan masalah di
luar negeri. Memang masih panjang dan berliku jalan untuk membebaskan
Palestina. Tetapi prinsip orang beriman, lakukanlah apa yang bisa engkau
lakukan karena sekecil apapun, itu akan sangat berarti. Demo-demo yang
dilakukan adalah wujud solidaritas, pun untuk mengetuk muslim di negeri
ini agar segera menyelesaikan permasalahan internal mereka. Mendukung
secara moril, pun materil untuk mereka yang di sana. Keluarlah sejenak
dari dinding-dinding kampus dan dinding kompleks rumah.
Di luar sana
berjuta-juta manusia resah jiwanya. Jiwa yang ingin membahagiakan
keluarganya juga di hari raya. Begitu banyak orang yang mampu berfikir
tentang aneka permasalah negeri, tetapi berapa banyak orang yang mau dan
mampu berbuat? Siapakah aku? Ya, aku kecil bila sendiri dan aku bisa
menjadi kuat kala aku berjamaah. Menggabungkan potensi diri dengan yang
lain untuk meluruskan apa yang bengkok dan salah di negeri ini. Dan
tidaklah dapat perubahan itu dilakukan bila bukan dari diri sendiri
dahulu.
Maka tegakkanlah Islam di hatimu, niscaya ia tegak di bumimu