Perempuan selalu identik dengan keindahan. Perempuan juga identik dengan sanjungan dan pujian. Sifat alami perempuan ini dipahami dengan baik oleh para pemilik modal untuk kemudian dikembangkan agar modalnya makin beranak-pinak. Ajang paling pas untuk mencapai tujuan ini adalah beauty pageant atau kontes kecantikan. Ada yang namanya Putri Indonesia, Putri Kampus, Putri Wisata, dan kontes sejenisnya. Kontes memakai istilah sok bule juga banyak. Mulai dari Miss Indonesia, Miss Universe, Miss World, hingga Little Miss juga ada.
Tidak berhenti di situ. Seiring dengan maraknya semua yang bersimbol Islam termasuk busana muslimah, ranah ini dilirik juga oleh pemilik modal. Setelah sukses dengan penyelenggaraan Miss World Muslimah, salah satu stasiun TV swasta juga kini mengadakan Audisi Putri Muslimah. Beberapa pihak menunjukkan sikap antusias dengan adanya acara ini. Dalihnya sih sebagai penyeimbang kontes umbar aurat sejenis kontes kecantikan Putri-Putrian dan Miss-Missan. Parahnya lagi, ada yang menganggap Audisi Putri Muslimah sebagai awal kebangkitan Islam. Auwww….kejauhan Neng!
Semua kontes kecantikan sama!
Dipoles dengan nama apapun, dikemas dalam bentuk apa saja, dibawakan dengan nama seislami mungkin, yang namanya ajang kecantikan tetap kecantikan fisik yang menjadi sasaran. Nggak percaya? Coba saja kamu yang sudah kulitnya hitam, tingginya semampai alias semeter tak sampai, giginya tidak rata, hidungnya mancung ke dalam, memakai kacamata tebal ikut berbaris audisi Putri Muslimah. Kira-kira kamu bakal menang nggak ketika di sampingmu ada yang berkulit putih mulus, tinggi 160 cm, giginya putih rata, hidung proporsional dan memunyai bulu mata indah dan panjang lentik. Keduanya sama-sama memakai busana muslimah. Sudah bisa ditebak kan siapa yang dipilih?
Slogan inner beauty alias kecantikan yang terpancar dari dalam itu hanya pemanis buatan saja. Ibarat pemanis buatan dalam es lilin murahan yang dijual keliling, itu hanya bikin batuk orang yang memakannya. Begitu juga dengan kontes kecantikan ini. Biarpun diberi baju islami dengan kontestan berbusana muslimah, ini semua hanya akan melenakan kamu terhadap makna baju muslimah sebagai baju takwa, identitas kemuslimahan kamu serta tujuan dan jalan yang kamu tempuh.
Salah satu pemenang dalam kontes kecantikan Muslimah level dunia yang berasal dari Indonesia, ujung-ujungnya juga terjun dalam dunia tarik suara. Tetap saja joget-joget di depan banyak orang. Iya sih, meskipun tidak vulgar tetap saja larinya juga ke dunia entertainment yang memang menjanjikan uang banyak dengan cara instant. Lalu apa bedanya para muslimah yang seperti ini dengan artis-artis lainnya yang banyak menghiasi layar kaca? Tak ada. Bedanya cuma cara berpakaian saja.
Lalu di mana izzah (harga diri) seorang muslimah ketika ia memutuskan untuk menutup auratnya dengan sempurna? Remaja di luar sana yang memang masih berada di usia labil, bukan tak mungkin menjadikan mereka sebagai idola. Baju muslimah pun menjadi kehilangan makna ketika hampir semua perempuan bisa memakainya tanpa peduli dengan nilai yang harus ada menyertai baju takwa tersebut.
Menjadi cerdas, pintar, berakhlak baik dan salihah tak lagi menjadi prioritas. Muslimah akan terpalingkan dengan memilih baju yang sedang tren. Ada kerudung Marshanda, ada kerudung Inneke, ada jilbab Oki Setiana Dewi, dan berbagai macam model lainnya. Bila memang modelnya syar’i masih bisa ditolerir. Tapi bila modelnya sudah aneh-aneh, bukan tak mungkin remaja kita ikut menirunya juga.
Mereka akan sibuk memilih merk lip gloss, bedak, foundation, pernik-pernik kerudung dan jilbab dibandingkan dengan belajar supaya otaknya lebih cantik lagi. Boro-boro memikirkan mempercantik akhlak, menicure-pedicure sudah menanti agar di depan kamera terlihat lebih kinclong lagi. Bila kondisi perempuan atau muslimahnya sudah begini, lalu ke mana arah umat ini akan melangkah? Ingat, perempuan adalah tiang negara. Dia adalah tonggak satu peradaban. Amat mudah menghancurkan sebuah tatanan ketika perempuannya sudah rusak. Dan pintu ini adalah yang paling efektif untuk menghancurkan Islam dari dalam.
Muslimah, jaga izzah!
Izzah atau harga diri muslimah itu mahal harganya. Janganlah ia diumbar cuma demi segepok rupiah, ketenaran semu dan puja-puji duniawi. Tak ada larangan kamu ikut kontes yang itu memang mengakui prestasimu. Tapi dalam kontes kecantikan, prestasi apa yang diakui di sana? Keindahan tubuh dan wajah perempuan adalah anugerah. Manusia tak punya wewenang untuk mengubahnya. Paling-paling malah ditambah dengan make up agar wajahmu terlihat makin bersinar demi rating. Rating ini mengundang iklan dan iklan ini yang akan menggemukkan pundi-pundi rupiah produser dan pemilik modal.
Audisi yang umumnya melibatkan karantina akan mengabadikan kegiatanmu sehari-hari. Ibadahmu disyuting. Tilawahmu dilaporkan ke khalayak. Sedih dan bahagiamu semua dalam pantauan kamera. Inikah yang memang kamu inginkan di masa muda? Muslimah yang kalah pulang, yang menang lanjut untuk kemudian mendapat hadiah dan sanjungan. Lalu apa yang membuat muslimah satu dianggap lebih baik atau lebih buruk daripada lainnya? Ibadah, hapalan, tilawah, akhlak, atau apa? Ingat, ini semua sifatnya cuma sementara. Ini hanya permainan dan senda gurau semata.
Islam tak akan pernah bangkit dari kontes sejenis ini. Bila ajang kecantikan ini dianggap sebagai era mulai bangkitnya Islam, percayalah ini semua nol besar. Belum pernah satu pun ada peradaban di dunia yang menjadi besar karena kontes kecantikan. Sebaliknya, hancurnya satu negara itu sangat besar peranan perempuan di dalamya ketika ia mulai bertingkah. Muslimah, kita tak hendak menambah daftar panjang ini kan? Jadi, tolak tayangan dan acara yang mengeksploitasi perempuan apalagi dengan simbol Islam.
Tak perlu bir dilabeli halal. Tak perlu pacaran disebut islami. Sangat aneh ketika judi dicari yang syar’i. Begitu juga dengan kontes kecantikan yang memang modalnya adalah menilai perempuan dari tubuh jasadi dan wajah semata. Tak perlu ia ada sebutan Putri Muslimah atau yang sejenisnya.
Bila kamu dianugerahi wajah cantik, beryukurlah. Tidak dengan ikut audisi kecantikan tapi dengan merawatnya sesuai syariat. Tidak dengan diumbar meskipun sudah berbusana muslimah, tapi dihias dengan perhiasan bernama malu. Hiasan malu ini akan menjagamu untuk membatasi diri tampil di ruang publik yang tidak perlu apalagi berlenggak-lenggok di depan laki-laki non mahram yang juga tak ada kepentingan syar’i di dalamnya. Hiasi diri dengan keimanan, kecerdasan, dan akhlak yang baik. Perbagus dengan pemikiran Islam.
Dan bila kamu adalah muslimah yang dianugerahi Allah Ta’ala dengan ‘kekurangan’ menurut standar manusia, jangan berkecil hati. Allah tidak akan melihat wajah atau tubuhmu tapi Allah Ta’ala melihat pada takwamu dan kecantikan akhlakmu. Lagipula, dalam hidup ini kamu tidak butuh tepukan tangan dan pujian dari banyak orang yang menilai penampilanmu. Kamu cukup butuh satu orang yang akan melakukan itu semua yaitu suamimu kelak. Dan yakinlah, dia akan datang seiring dengan kualitas dirimu yang sepadan untuknya. Laki-laki baik untuk perempuan yang baik, begitu sebaliknya.
Finally…
Cegahlah kemungkaran itu dengan tangan, bila tak bisa maka gunakan lisanmu dan bila masih tak bisa juga maka ingkarilah dengan hatimu. Maka ini adalah selemah-lemahnya iman. Bila kita tak mampu mencegah diselenggarakannya acara ini, maka gunakanlah mulut kita untuk memberi tahu bahaya apa di baliknya. Kita ingatkan saudara, tetangga, orang tua, teman-teman kita. Jangan sampai mereka ikut terpedaya dan merasa bangga dengan acara-acara berlabel keislaman padahal sejatinya kemungkaran dibungkus atas nama Islam.
Perbanyak istighfar dan palingkan perhatianmu dari acara kontes yang tak memberi nilai tambah pada kemajuan umat ini. Berikan doa yang tulus pada orang-orang di balik kontes ini agar mereka mendapat hidayah dan menyalurkan hartanya pada tempat yang seharusnya. Saudara kita di Palestina, Rohingya, Iraq, Syam/Suriah, Afghanistan, Palestina, India dan berbagai belahan bumi lainnya butuh untuk diekspos demi menggugah kesadaran muslim Indonesia.
Sudah cukup audisi dan tayangan yang tidak mendidik dari hari ke hari. Saatnya umat diajak mikir dan peduli bahwa PR bangsa ini, umat ini masih panjang. Dimulai dari kesadaran diri sendiri, yuk kita mengajak yang lain ikutan sadar. Audisi Putri Muslimah ini tak lain dan tak bukan, adalah semacam serigala berbulu domba. Terlihat manis di luar tapi sesungguhnya dalamnya tak beda dengan kontes kecantikan yang umbar aurat itu. So, kita tolak semua ajang kontes kecantikan apalagi bila Islam dipakai sebagai kedok untuk memuluskan rencana mereka. Tolak dengan tidak turut ambil bagian meskipun kirim SMS atau dukungan. Muslimah, jangan terjebak! Apalagi sengaja pengen terjebak dengan ikut-ikutan audisi acara tersebut.
Oleh : Ria Fariana, disadur dari gaulislam.com